nusantaranews.co
Berbicara soal Ramadhan, beberapa hari sebelumnya, biasanya orang-orang akan berbondong-bondong mengunjungi tempat makan atau tempat wisata untuk munggahan. Dilansir dari laman Wikipedia, Munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan yang dilakukan pada akhir bulan Sya'ban. Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama, saling bermaafan, dan berdoa bersama.
Di daerah saya (Sunda), beberapa hari menjelang Ramadhan menjadi momen mempererat tali silaturahmi. Nggak hanya buat keluarga, tapi juga tetangga jauh. Tetangga yang kadang jarang sekali bertemu walau rumah hanya terhalang beberapa dinding, jelang Ramadhan semuanya menyempatkan waktu untuk berkumpul dan berbagi kebahagiaan serta syukur karena telah diberi umur untuk merasakan kembali sensasi munggahan, menyambut bulan suci.
Grup Whatsapp keluarga pun mendadak kurang oksigen, saking banyaknya anggota yang bermunculan membahas kapan dan dimana enaknya berkumpul bersama keluarga besar. Bahkan, bapak dan ibu saya, sudah mewanti-wanti agar anak sulungnya ini -kalau bisa- mengusahakan untuk pulang kampung agar bisa munggahan bareng mereka.
Sepintas, munggahan menjadi bahan pikiran "kenapa sih mesti munggahan? Cuma makan-makan aja tho', kadang ya ngamburin-ngamburin uang doang buat sehari aja padahal." tapi, bagi beberapa orang munggahan justru menjadi hari yang dinanti-nanti. Karena, nggak semua orang bisa bertemu dan mengobrol setiap hari dengan keluarga besarnya. Bahkan, jangankan dengan keluarga besar, beberapa orangtua mungkin hanya bertemu anaknya satu atau dua tahun sekali. Jadi, di daerah saya (khususnya), munggahan merupakan momen spesial untuk orangtua dan kerabat yang wajib dilakukan walau sekedar masak nasi liwet dengan lauk ikan asin peda dan sambel aja. Karena munggahan bukan soal makan apa, tapi sehangat dan semelimpah apa perbincangan yang diciptakan. Kakak dari ibu saya sering berkata; "makan sesederhana-sederhananya, tapi canda dengan keluarga harus semewah-mewahnya."
Ah, menulis ini saya jadi kangen kampung halaman. Sebelum acara makan-makan dimulai, biasanya saya dan keluarga akan ziarah ke kuburan nenek, selepas dari sana kami akan menyantap nasi liwet lengkap dengan daun pepaya sebagai lalap untuk menghilangkan lelah, karena jalan menuju kuburan cukup menguras energi.
Tradisi di daerah kalian dalam menyambut Ramadhan biasanya ngapain?
0 Comments