google-site-verification: google4086a67cad748863.html PROBLEMATIKA ANAK KETIKA #DIRUMAHAJA | Nurelice | Parenting Blogger

PROBLEMATIKA ANAK KETIKA #DIRUMAHAJA


Sejak munculnya Corona Virus pada akhir tahun 2019 lalu di Wuhan, televisi di Indonesia pun nggak berhenti menayangkan berita seputar virus tersebut. Rasanya, corona udah jadi makanan wajib telinga setiap hari. Saking seringnya, dari mulai gejala, dampak dan pencegahannya udah hapal di luar kepala.

Jauh sebelum virus ini dikabarkan masuk negara lain pun, saya udah parno duluan, ntahlah gimana rasanya kalau yang kena debu dikit aja langsung bengek ngadepin wabah ini yang salah satu gejalanya itu sesek kronis. 

Dari sana, saya mulai ngurangin jalan-jalan dan ke luar rumah kalau nggak mau-mau banget. Yang biasanya kalau 3 hari aja gak ke luar rumah spaneng, jadi nyoba biasa aja walau 5 hari ndeplek di rumah. Nggak se-biasa aja itu juga sih ferguso faktanya tapi yaa nggak sebosen yang dibayangin aja (untuk 5 hari pertama). 

Kalau dihitung, kayaknya udah sebulanan saya dan anak saya nggak ke luar rumah bahkan untuk ke warung komplek. Semua keperluan yang beli cuma suami. Setakut dan selebay itu sih saya dari awal ngadepin pandemi ini, ya piye tho ada statement bumil itu rentan dan anak balita bisa jadi carrier yang tanpa gejala sama sekali. 

3 minggu awal terkurung emosi saya dan anak saya masih bisa terkontrol, begitu memasuki minggu ke 4 kami sering cranky satu sama lain. Sampe anak saya nyeletuk "aku takut corona, kok Ayeh nggak ya? Kok Ayeh pergi-pergi terus ya, Buna?" then i explain till that question beranak cucu. 

Akhir-akhir ini, anak saya nggak hanya cranky tapi lebih ke buas, monangis. Anak melankolia yang biasanya manis ini jadi emosian ngadepin sesuatu sesepele apapun. Terakhir kali, tiba-tiba ngamuk hebat mukul-mukul cuma karena lego block-nya kurang klop ketika ditempel. 

Dont ask me seberat apa nyoba sabar ngadepin anak yang mungkin stress karena #DiRumahAja while kita sendiri pun lagi ada di tingkat stress dan jenuh yang sama. Sungguh ilmu parenting yang didapat menyoal sabar menghadapi emosi anak bisa lenyap kalau nggak diseringin ngucap. Syukur, alhamdulillah.. nggak pernah lost control dalam tindakan maupun ucapan, karena disiasati dengan ngelakuin kegiatan yang bikin mata plus otak sedikit fresh; berkebun. 

Surprisingly dengan berkebun di taman depan rumah, pikiran anak saya pun kayak ikut ke-charge. Keliatan dari excited dan happy-nya dia bisa main lagi di luar walau cuma depan rumah. Cerewet yang menggambarkan bahwa dia enjoy dan happy ngelakuin sesuatu came back, dia kembali banyak bertanya (dan kali itu) tentang struktur tanah karena menemukan lumpur dan akar rumput liar ketika menggali. 

Berkebun, nggak hanya mengajarkan tanggungjawab merawat dan memberi ternyata. Tapi juga memberi pengetahuan tentang tanah dan apa-apa yang terdapat jauh di dasarnya. Hal yang sebelumnya nggak pernah terlintas buat saya ajarkan tapi malah dia yang penasaran, hehehe. Now i know that doing your hobbies not only heals your mood or even stress, it's bonding when you do it with someone you love. 

Ada cerita apa aja nih mak-emak selama pandemi covid-19 atau semenjak diem #DiRumahAja? Share di kolom komentar donggg. Sending virtual hug untuk mamak-mamak strong yang mengesampingkan ego, mood dan stress-nya demi tetep menjaga perasaan dan mental anak-anaknya. This too shall pass! 🤗


1 Comments

  1. wah masa2 anak2 kecil sdh terlewatkan, skrg mah aku cemas karena dua anakku kerja di luar kota. dlm kondisi gini , rasanya pingin anak2 bs kumpul

    ReplyDelete