google-site-verification: google4086a67cad748863.html 3 Manfaat Khitan Anak Usia Batita | Nurelice | Parenting Blogger

3 Manfaat Khitan Anak Usia Batita

 Memasuki masa liburan, ternyata nggak hanya tempat wisata aja lho yang punya daya tarik buat dikunjungi, tapi klinik khitan juga. Pasalnya, masa liburan merupakan waktu yang pas untuk melangsungkan khitanan karena nggak mengganggu aktifitas belajar anak. 

Ngomongin soal khitan anak, saya selalu memilih mengkhitankan anak di rentang usia 2-3 tahun. Nggak ada alasan pasti, cuma memang kedua anak saya berbarengan di usia segitu. Anak pertama saya memang udah minta dikhitan sejak usia 2 tahun, tapi baru saya kabulin di usia 2,5 tahun. Berbeda dengan anak kedua saya, yang baru aja kemarin dikhitan diusianya yang belum genap 2,5 tahun, awalnya ada rencana khitan anak kedua ketika masih bayi tapi karena satu dua hal lain akhirnya nggak jadi. Jadinya tetep di usia yang hampir sama kayak kakaknya. 😂

Nah, mengkhitan anak di usia yang menurut kebanyakan orang terlalu kecil ini, ternyata banyak sekali lho manfaat yang didapat. Bahkan, menurut saya, jauh lebih enak khitan anak itu ketika mereka masih piyik-piyik. Dulu, adik laki-laki saya dikhitan saat dia duduk di bangku kelas 2 SD, proses penyembuhan sampe capenya jauh berbeda dengan anak saya. Berikut beberapa manfaat yang saya rasakan:

    1. Penyembuhan cepat

Proses penyembuhan luka khitan pada anak bayi atau batita lebih cepat karena zat sulfur pada anak seusia itu katanya masih banyak. Hence, ada anggapan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengkhitankan anak laki-laki ketika masih bayi. Walaupun anjuran ini masih banyak yang kontra, tapi nyatanya memang manfaat yang didapat lebih besar. 


    2. Mengurangi risiko infeksi saluran kemih

Karena anak pertama saya lancar-lancar aja, saya nggak berpikir kalau ternyata beberapa penis bisa juga mengalami kelainan. Ketika anak kedua saya dikhitan, saya kaget waktu mbak resepsionisnya menjelaskan bahwa anak kedua saya menderita fimosis (inshaAllah akan saya tulis di postingan lainnya). Kondisi ini merupakan bawaan lahir dan diperparah oleh kebiasaan menahan pipis, jadi anak saya membutuhkan waktu lebih lama dari waktu khitan biasa karena kotoran di kulup penisnya lumayan banyak. Kalau anak kedua saya dikhitan ketika dia SD, nggak kebayang ya gimana numpuknya kotorannya. 


    3. Menghemat biaya beli mainan

Ini poin penting gak penting sih tapi memang berasa banget. Waktu adik saya dikhitan, dia kan udah ngerti banyak orang yang kasih dia angpau, semua uang dia minta buat dibeliin mainan. Sedangkan, karena anak-anak saya belum bisa hitung uang, uang angpaunya bisa saya tabung buat biaya sekolah mereka nanti, karena mainannya udah dapet dari paket khitan kan, hehehe. 

Prinsip seperti ini pun mengundang banyak kontra di tempat saya. Katanya kasian lah anaknya udah sakit gak dibeliin mainan yang banyak. Tapi saya pikir, toh nggak lagi dikhitan pun anak-anak kan tetep minta mainan, toh dari klinik pun udah dapat juga mainan, ya kan? 

Prinsip setiap orang itu pasti berbeda, yang penting kita tetep saling menghargai dan tidak mengeluarkan perkataan yang menyakiti. 😘



0 Comments