google-site-verification: google4086a67cad748863.html [KULWAP IBUPEDIA] PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK, MULAI DARI MANA? | Nurelice | Parenting Blogger

[KULWAP IBUPEDIA] PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK, MULAI DARI MANA?



Pada Kulwap Rabu, 21 Oktober 2020 yang lalu, Ibupedia berkolaborasi dengan Tari Sandjojo, Psi. CPC untuk membahas lebih lanjut mengenai pendidikan seks untuk anak. Dalam klulwap yang bertajuk “Pendidikan Seks untuk Anak, Mulai dari Mana?” ini, Ibu Tari mencoba menjawab beberapa pertanyaan baik non-live (yang masuk melalui Instagram dan WhatsApp) maupun live yang diajukan oleh peserta kulwap saat kulwap sedang berlangsung. Moderator yang bertugas kali ini adalah Clara dari Ibupedia.

Bu Tari mengajak para peserta untuk memperbaiki dulu makna pendidikan seks yang dipikirkan oleh para peserta, karena terkadang asosiasi tertentu tentang apa itu seks membuat orangtua tidak terbuka untuk memberikan pendidikan seks pada anak. 

Kemudian, Ibu Tari juga memaparkan bahwa pendidikan seks tidak sekedar tentang aktivitas seks dan tentang seksualitas, melainkan tentang hubungan antar-manusia. Pendidikan seks mencakup bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain, memilih teman yang tepat, mengatakan "tidak" jika kita tidak mau, dan masih banyak lagi. Selain itu, seks juga alamiah karena pasti dialami anak. Maka, orangtua juga harus mempersiapkan anak-anak seperti kita mempersiapkan mereka untuk berbagai hal dalam kehidupannya. Anak akan menghadapi usia pubertas, di mana anak perempuan akan menstruasi dan anak laki-laki akan mimpi basah.

Jadi, orangtua diharapkan untuk menyiapkan momen ini secara bertahap sebelum mereka sampai di situ. Kemudian, dibicarakan secara terbuka sesederhana memberikan nama alat kelamin yang benar. Penis untuk alat kelamin laki-laki dan vagina untuk alat kelamin perempuan. Seperti kita mengenalkan nama anggota tubuh yang lain dengan benar. Orangtua juga harus memberikan contoh bagaimana kita memperlakukan suami atau istri kita dengan penuh cinta dan respek karena hal tersebut adalah pendidikan seks yang penting sekali.

Pendidikan Seks terbagi menjadi 4 kategori: Identitas Pribadi, Hubungan Antar Teman dan Lawan Jenis, Keterampilan Transdisiplin, Seksualitas dan Perkawinan. Identitas pribadi mencakup bagaimana anak balita mengenal tubuhnya. Mengenal nama anggota tubuh dengan benar, bagaimana menjaga kebersihan anggota tubuhnya, hidup sehat dengan minum susu dan tidur cukup, olahraga, dan lain sebagainya.  Kemudian, hubungan antar teman dan lawan jenis ini dimulai dengan bagaimana peran ayah ibu di rumah. Ayah bekerja, Ibu di rumah atau sebaliknya. Ayah dan Ibu saling membantu dan menghormati di rumah di samping kesibukan masing-masing. Hal tersebut menjadi fondasi penting untuk anak bisa menghormati peran lawan jenis. 

Tentang sentuhan aman/tidak aman, contohnya adalah mendorong teman dan ternyata teman yang didorong merasa tidak nyaman. Anak akan belajar bahwa ada sentuhan fisik yang buat saya tidak apa-apa namun buat orang lain tidak tepat.

Dalam kategori keterampilan transdisiplin, Bu Tari memaparkan bahwa pendidikan seks bukan hanya tanggung jawab sekolah saja namun orangtua juga. Hal penting di sini adalah bagaimana anak kita ajarkan untuk membedakan keinginan dan kebutuhan. Sesederhana menahan keinginan untuk membeli mainan karena sebetulnya hanya “ingin”.

Bagian terakhir, seksualitas dan perkawinan yang mencakup proses reproduksi dan hubungan seks, fisiologis sistem reproduksi dan perbedaan menetap laki-laki dan perempuan, kewajiban dan komitmen dalam perkawinan, definisi seks, perkembangan seksual dan pubertas. 

Seksualitas dan perkawinan ini adalah sebagian kecil dari pendidikan seks yang biasanya membuat orangtua merasa tidak nyaman membicarakannya. Hal itu dikarenakan adanya hambatan-hambatan seperti: tidak tahu harus mulai dari mana, tidak tahu bagaimana caranya, pengalaman masa lalu/masa kecil, perbedaan nilai dalam keluarga, waktu yang terbatas, pola komunikasi yang terhambat. Pengalaman masa lalu di mana dahulu kita tidak pernah membahas apa-apa tentang seks dengan orangtua membuat kita yang sekarang sebagai orangtua jadi tidak ada bayangan untuk membahasnya dengan anak-anak. Padahal, pendidikan seks itu sangat tepat diberikan saat anak bertanya. Jadi, sebagai orangtua harus menyediakan waktu bagi anak  saat mereka bertanya. Dalam menjawab pertanyaan anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: cek lagi maksud pertanyaan anak, pastikan tingkat pengetahuannya, gunakan istilah yang benar, berikan contoh pengalaman yang dekat dengan kehidupannya, kaitkan dengan norma agama, cek lagi apakah pertanyaannya sudah terjawab.

Kemudian, Kulwap berlanjut ke sesi menjawab pertanyaan, saya memilih 3 pertanyaan yang basis dan mungkin lebih sering orangtua dapat dari anak;

1. Pertanyaan dari Komunitas Ibupedia (Ibu Linah Mutahunmainnah, usia anak 18 
bulan): 
Adakah efek psikologis bagi anak perempuan yang sering mandi bareng dengan ayahnya atau dengan saudara laki-lakinya?

Jawaban: Mandi bareng dengan lawan jenis ada sisi positifnya: mengenal anatomi tubuh yang sama netralnya dengan anggota tubuh yang lain. Sampai apan? Seberapa nyaman dengan mandi bareng? Contoh, ketika anak tidak menyadari ketelanjangannya,malah sibuk main air ketawa bercanf berarti masih positif. Tapi ketika anak mulai melihat badan kita dan berkomentar kok badan mama seperti itu, atau anak mulai ingin pegang-pegang dan kita nggak nyaman, ya berarti itu adalah titik di mana kita sudah harus mandi sendiri2. Atau mandi bareng tapi bisa mandi pakai pakaian dalam atau baju renang. 

Ketika anak bertanya kok pake baju? Jelaskan karena kita malu, sekarnag kita mandi sendiri2, kan ini adalah area pribadinya mama/papa jadi kita tutupin ya skrg, jadi buat anak juga belajar bahwa merasa tidak nyaman itu hak kita. Jadi anak di kemudian hari bisa berkata tidak suka dipegang di bagian tertentu karena sudah diajarkan sejak kecil.

2.Pertanyaan dari Bapak Bagas:
Bagaimana menjelaskan kepada anak apabila dalam situasi malam terbangun dan mendapati orang tuanya sedang melakukan hubungan seks? Apa yang harus dilakukan saat itu?

Jawaban: 
1. Tidak perlu langsung dijelaskan malam itu juga tentunya.

2. Respon pertama, ajak bicara biasa seperti kalo dia terbangun malam hari. "Hai sayang kok bangun, Kenapa? Haus? Mau pipis?". Biasa aja. Karena bisa jadi dia tidak melihat apa-apa atau tidak sadar. Jangan GR dulu klo dia pasti lihat ☺

3. Observasi besoknya, ada perubahan perilaku atau tidak dan yang penting, bertanya atau tidak ke bapak/ibu. Kalau tidak, tidak usah menjelaskan apa-apa. 

4. Kalau dia tanya, mungkin dia tanya ini, "Papa mama ngapain tadi malam?"

5. Balik lagi, cek dulu maksud pertanyaan anak. "Tadi malam yang kapan?" atau, "Yang mana? Kamu lihat apa memangnya?"

3. Pertanyaan ari Ibu Mega yang memiliki anak usia 3 dan 1 tahun: 
1. Bu Tari, sebenarnya, siapa saja sih yang diperbolehkan memandikan anak kita? Karena yang memandikan nantinya akan menyentuh kelamin anak. Meski sesama jenis, tetapi saya pribadi masih memiliki kekhawatiran pelecehan seksual jika anak dimandikan oleh misal, pengasuhnya, omnya, tantenya, kakek, neneknya. Karena tidak sedikit berita di televisi yang menyebutkan anak dilecehkan justru oleh orang-orang terdekat anak. Ya meski kita tentu tidak boleh berburuk sangka pada orang-orang terdekat, tapi apa salahnya mengantisipasi. Sedangkan di sisi lain, anak pasti akan dimandikan orang terdekat juga saat sedang tidak bersama org tua. 

2. Benarkah anak kecil yang terbiasa masturbasi tidak bisa disembuhkan, dan akan tetap  masturbasi sampai ia dewasa? Atau bahkan akan memengaruhi ritme seksnya saat dengan pasangan? Misal, tidak bisa klimaks kalau tidak masturbasi dulu..

Jawaban: 
1. Pertanyaannya, siapa saja yang ibu percaya? Beri aturan pada orang-orang tersebut tentang cara memandikan anak. Misalnya anak menyabuni sendiri penis/vagina dan pantatnya. Kecuali kalau BAB, baru boleh sentuh. Benar Bu, kekerasan atau pelecehan seksual biasanya dengan orang terdekat justru.

2. Pertama, masturbasi bukan penyakit, Bu. Hal yang normal kok. Yang penting, perhatikan dan jaga keseimbangan kegiatan anak supaya energinya banyak tersalurkan.

1 Comments

  1. Menurut saya, pendidikan seks untuk anak-anak diperkenalkan sejak mereka masuk SD apalagi biasanya, beberapa sekolah mengizinkan para siswa untuk pergi ke kolam renang.

    (maaf) Tidak elok jika mereka tidak berbusana di tempat umum walau mereka belum paham aurat.

    ReplyDelete