JANGAN BILANG JANGAN PADA ANAK?
Anak sulung saya, dia pemberani tapi juga perasa. Ketika mainannya diambil
temannya secara paksa, seringnya ia lebih memilih menangis dan bercerita pada
ibunya daripada merebut kembali mainannya. Orang-orang bilang ia cengeng, lalu
akan ditimpali dengan "cowok kok cengeng" di akhir kalimat mereka.
Tapi, saya lebih memilih menyebutnya perasa. Karena saya tau, alasannya
menangis adalah karena emosinya belum bisa ia kelola, ia tidak punya rasa tega
untuk merebut kembali walau ia tau itu adalah haknya.
Malam ini, ia mendatangi saya dengan mata yang berkaca-kaca. Sebelum saya
tanya kenapa, ia lebih dulu bercerita;
"Mainan bhaia dipinjem orang, girl."
"Terus?"
"Bhaia mau main, tapi lagi dimainin. Tapi girl."
"Girl? Siapa?"
Anak sulung saya, ntah karena ia memerhatikan bagaimana perlakuan ayahnya
terhadap ibunya, atau memang saya lupa pernah memberitahunya tentang baiknya
menghargai perempuan, hingga sikapnya selalu lembut pada anak perempuan.
"Gatau, harusnya gak boleh pinjem. Bilang sama Una dia gak boleh
pinjem, bhaia gak berani bilang."
"Bhaia, nanti kalau udah sekolah kan bakal punya banyak temen. Girls
and boys, it's ok bilang jangan sama girl selama itu mainannya punya bhaia,
tapi tetep gak sambil marah ya.."
"Jadi gapapa bilang gaboleh mainin toys bhaia ke girl?"
"Of course, gapapa. Itu kan punya bhaia, bhaia boleh kok ngizinin atau
enggak orang yang mau pinjem. Tapi gaboleh pinjemnya kenapa coba?"
"Kan mau dimainin sama bhaia."
"Yaudah, gih, bilang. It's oke. :)"
Anak sulung saya, berjalan ke luar kamar, menghampiri anak perempuan yang
sedang asik mengotak-atik blocks-nya. Lalu berbisik;
"Maaf, pinjem ya mau dimainin."
Anak sulung saya, kembali melangkah ke arah saya dengan blocks kesayangannya. Garis
senyum di bibirnya terlihat jauh lebar dari biasanya, matanya masih berkaca
namun berbeda makna.
"See? You did it, amazing. It's oke buat bilang jangan atau enggak ya
sama yang pinjem mainan.."
Lalu ia melempar tawa sampai akhirnya kami berpelukan. Maha dahsyat lelaki
Scorpio dengan segala words of affirmation-nya. :)
***
Sejak saya remaja, saya selalu didoktrin statement tentang jangan
bilang jangan pada anak kecil, hingga setelah menjadi ibu saya
menyadari satu hal;
"Jangan bilang jangan ketika benar-benar jangan."
Saya setuju untuk mengganti kalimat "jangan
menangis" dengan pemahaman di atas yang saya lakukan pada anak
sulung saya, tapi saya tetap akan berkata "jangan
lari!" ketika anak sulung saya berlari kencang menuju sudut rumah
yang kemungkinan besar terdapat air di lantainya, atau saya akan tetap
berkata "jangan dicolok, bahaya!" ketika saya
kecolongan dan mendapati telunjuk anak saya beberapa detik lagi mengenai saklar
listrik.
Karena menurut saya tidak selamanya kata jangan itu bisa diganti dengan
pemahaman bahkan penjelasan, hence memilih untuk berkata jangan ketika
benar-benar jangan adalah jalan ninjaku~
Beda pendapat boyeh, yang penting tetep rukun ya mums~ 🤗
0 Comments