google-site-verification: google4086a67cad748863.html JANGAN BILANG JANGAN PADA ANAK? | Nurelice | Parenting Blogger

JANGAN BILANG JANGAN PADA ANAK?

 


Anak sulung saya, dia pemberani tapi juga perasa. Ketika mainannya diambil temannya secara paksa, seringnya ia lebih memilih menangis dan bercerita pada ibunya daripada merebut kembali mainannya. Orang-orang bilang ia cengeng, lalu akan ditimpali dengan "cowok kok cengeng" di akhir kalimat mereka. Tapi, saya lebih memilih menyebutnya perasa. Karena saya tau, alasannya menangis adalah karena emosinya belum bisa ia kelola, ia tidak punya rasa tega untuk merebut kembali walau ia tau itu adalah haknya. 

Malam ini, ia mendatangi saya dengan mata yang berkaca-kaca. Sebelum saya tanya kenapa, ia lebih dulu bercerita;

"Mainan bhaia dipinjem orang, girl." 

"Terus?" 

"Bhaia mau main, tapi lagi dimainin. Tapi girl." 

"Girl? Siapa?" 

Anak sulung saya, ntah karena ia memerhatikan bagaimana perlakuan ayahnya terhadap ibunya, atau memang saya lupa pernah memberitahunya tentang baiknya menghargai perempuan, hingga sikapnya selalu lembut pada anak perempuan. 

"Gatau, harusnya gak boleh pinjem. Bilang sama Una dia gak boleh pinjem, bhaia gak berani bilang." 

"Bhaia, nanti kalau udah sekolah kan bakal punya banyak temen. Girls and boys, it's ok bilang jangan sama girl selama itu mainannya punya bhaia, tapi tetep gak sambil marah ya.." 

"Jadi gapapa bilang gaboleh mainin toys bhaia ke girl?" 

"Of course, gapapa. Itu kan punya bhaia, bhaia boleh kok ngizinin atau enggak orang yang mau pinjem. Tapi gaboleh pinjemnya kenapa coba?" 

"Kan mau dimainin sama bhaia."

"Yaudah, gih, bilang. It's oke. :)" 

Anak sulung saya, berjalan ke luar kamar, menghampiri anak perempuan yang sedang asik mengotak-atik blocks-nya. Lalu berbisik;

"Maaf, pinjem ya mau dimainin." 

Anak sulung saya, kembali melangkah ke arah saya dengan blocks kesayangannya. Garis senyum di bibirnya terlihat jauh lebar dari biasanya, matanya masih berkaca namun berbeda makna. 

"See? You did it, amazing. It's oke buat bilang jangan atau enggak ya sama yang pinjem mainan.."

Lalu ia melempar tawa sampai akhirnya kami berpelukan. Maha dahsyat lelaki Scorpio dengan segala words of affirmation-nya. :) 

***

Sejak saya remaja, saya selalu didoktrin statement tentang jangan bilang jangan pada anak kecil, hingga setelah menjadi ibu saya menyadari satu hal; 

"Jangan bilang jangan ketika benar-benar jangan." 

Saya setuju untuk mengganti kalimat "jangan menangis" dengan pemahaman di atas yang saya lakukan pada anak sulung saya, tapi saya tetap akan berkata "jangan lari!" ketika anak sulung saya berlari kencang menuju sudut rumah yang kemungkinan besar terdapat air di lantainya, atau saya akan tetap berkata "jangan dicolok, bahaya!" ketika saya kecolongan dan mendapati telunjuk anak saya beberapa detik lagi mengenai saklar listrik. 

Karena menurut saya tidak selamanya kata jangan itu bisa diganti dengan pemahaman bahkan penjelasan, hence memilih untuk berkata jangan ketika benar-benar jangan adalah jalan ninjaku~ 

Beda pendapat boyeh, yang penting tetep rukun ya mums~ 🤗

 


0 Comments