google-site-verification: google4086a67cad748863.html Harus Ku Beri Judul Apa? | Nurelice | Parenting Blogger

Harus Ku Beri Judul Apa?

Ketika ditanya "dimana kamu kuliah?" saya selalu menjawab "at University of Life" lalu mereka bertanya lagi "jurusan apa yang kamu ambil?" saya menjawab "disana, tidak ada sekat dalam mendapat ilmu. Disana saya bisa belajar bertani, filosofi, dan apapun yang kita mau tanpa perlu mengambil satu jurusan yang beralasan minat dan bakat." lalu dia kembali bertanya "jika memang benar begitu, pasti biayanya sangat mahal. Di Negara mana itu?" dan saya jawab "terletak di kehidupan saya, kamu dan semuanya. Hidup mengajari saya banyak hal. Itu sebabnya saya memanggilnya University."

Entah apa yang sebenarnya ingin saya tulis, namun bagi saya, ada ketenangan dan kebahagiaan sesudahnya. Saya seorang introvert juga textrovert yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk berbicara secara langsung. Ketika menulis, saya merasa bahwa pemikiran saya tidak dapat terabaikan. 
Saya ingat, ketika saya masih sekolah, seorang guru Bahasa Inggris meminta pendapat saya untuk suatu acara yang berbasis pelajaran tersebut, waktu itu saya tidak berkata apa-apa meski dibpikiran saya langsung berkumpul beberapa pendapat. Lalu, beliau berkata "I believe in you. Really i am" saya hanya memberikan secarik kertas bertuliskan nomor Whatsapp saya dan mengisyaratkan agar lebih baik berbicara lewat chating.

Terkadang, saya menganggap bahwa sifat ini adalah bagian dari kekurangan saya. Tentu saja, saya sering dianggap bodoh dan tidak bisa diandalkan karena sulit mengutarakan pendapat. Dulu, saya sempat terang-terangan dibilang tidak berguna dalam satu kelompok, hingga akhirnya saya melukis dan menuliskan berbagai ide melalui gambar. And, our group can be the great one! 

Lain cerita, ketika saya berada di dalam satu Angkutan Kota, saya duduk bersama 2 orang yang memiliki keterbatasan dalam berbicara. Yang satu, suaranya pelan dan terdengar sumbing dan yang satunya sama sekali tidak dapat berbicara. Saat itu, Angkot yang kita tumpangi sudah penuh tapi sopir tetap memaksa memasukan 2 orang ibu-ibu ke dalamnya. Salah seorang penumpang bersaut "g*bl*k, ini sudah penuh! Kalau gitu, saya dan istri saya akan turun" mungkin karena sopir tersinggung, dia pun membalas dengan makian dan akhirnya saling mencaci. 
Saya melihat salah seorang dari dua Ibu tadi mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan sesuatu, lalu memberikannya pada si Ibu sang pemilik suara pelan. Saya yang duduk disampingnya melirik dan ikut membaca, "dulu saya memarahi takdir karena tidak bisa berbicara. Tapi sekarang, saya merasa bersyukur. Rupanya, Tuhan tidak ingin saya banyak menyakiti hati orang karena ucapan saya.

Saya terdiam. Saya pun merasa bersyukur karena telah menjadi seorang introvert dan textrovert, saya lebih banyak diam daripada berbicara yang tidak perlu, melalui tulisan saya lebih mampu menyaring dan menghapus perkataan yang tidak pantas saya ucapkan.
Dan tepatnya, Tuhan tidak akan menciptakan hambaNya dengan asal-asalan, apalagi dengan tanpa guna. :)

0 Comments