google-site-verification: google4086a67cad748863.html THANK YOU 2018 & WELCOME 2019 | Nurelice | Parenting Blogger

THANK YOU 2018 & WELCOME 2019


3 hari ke belakang, sosial media dihujani postingan tentang pergantian tahun. Hampir semua orang mengucap terima kasih pada tahun 2018 dan seperti biasa; menaruh harapan besar pada 2019. Resolusi, begitu yang mereka tulis.

Agak telat rasanya baru menulis tentang pergantian di hari ke 4, but better late than never, huh? Lagipula, banyak sekali yang pengen banget saya tulis tentang 2018 yang enggak bisa saya tulis di sosial media lain selain Blog. Simply because enggak semua orang yang saya kenal berkunjung dan baca Blog saya.

Well,
2018 is an exhausted year ever for me. Gimana enggak, kayaknya banyak banget masalah di tahun itu, the last 2 years actually. Karena di tahun itu saya baru ngerasain kurang enaknya tinggal di kota suami karena udaranya yang super duper enggak cocok sama kondisi kesehatan saya.

Saya cuma kosong 3 bulan dari awal nikah, dan sebelum 'isi' saya sering banget pulang ke rumah Mama karena sering home sick, jadi enggak begitu sering kambuh alergi dan sinusitisnya. Pun ketika hamil, karena suhu perempuan hamil panas, sedingin apapun cuaca, saya tetep kepanasan dan keringetan, waktu itu rasanya selalu pengen masuk Alfamart buat ngadem, lol.

Ndilalah, ketika selesai lahiran, tiap hari saya bentol sebadan-badan dibarengi meler dan sesak, iya, setiap hari. Baby blues ditambah kondisi yang tiap hari kayak gitu bikin saya pengen uring-uringan terus sama semua orang, khususnya suami yang saya anggap enggak peka sama kondisi saya dengan tindakan pengabaiannya ketika saya minta pindah ke luar kota. Altho' i know moving out isnt as easy as making telor ceplok tapi bok ya bilang mau aja gitulo pindah demi istri tercinta. Entah karena alasan cowok pemikirannya lebih terarah atau karena dianya scorpio, atau karena udah mah cowok scorpio lagi. Hmm...

Ketika setiap hari kita punya 'beban', i mean, kondisi kesehatan yang kurang baik dialamin tiap hari, lalu masalah lain yang menurut saya sedikit berat dateng dari luar rumah. Combo.
Dari mulai tau bahwa orang yang saya hormatin ngomongin saya di belakang, sejak pertama saya hadir di sini, sedikit banyak bikin saya down. 

Seseorang yang seharusnya mungkin jadi support system saya, tapi justru merobohkan kekuatan saya. Ndak, ini bukan perkara baper atau lemah, tapi ini tentang kepercayaan dan rasa sayang. Saya sangat menaruh hormat pada beliau, selalu berusaha memperlakukannya dengan sebaik yang saya mampu even sesering itu saya dibuat enggak enak sejak awal but i always try to do my best. Tapi, ketika tau kalau saya diomongin di belakang dan itu enggak bener, so sorry i'm losing my respect. Karena saya tau bahwa omongan menyebar dengan cepat, kita enggak bakal tau omongan itu sampenya ke siapa aja dan dimana aja. Penilaian orang lain terhadap saya akan berbeda jauh dari sebelumnya. Meskipun ada statement bahwa kita tidak bisa mengontrol apa yang akan oranglain katakan terhadap kita tapi buat saya, berbicara yang bukan fakta tentang seseorang itu kesalahan yang sulit buat ditolerir, apalagi kalau sesering itu dan ngomongin ke seRT. Saya ndak se-bodo-amat-an itu sayangnya, ketabahan saya cuma sampai di level: enggak bisa se-respect dan sedekat dulu. Selalu ada ganjelan ketika mau seramah dan se-menampakan-kasih-sayang kayak biasanya apalagi tanpa adanya pengakuan ketika klarifikasi. Sedih, tapi lebih sedih lagi karena jadi terpikir buat saya aja yang minta maaf karena mungkin saya sebegitu banyak kurangnya sebagai manusia sampe-sampe sebegitu parahnya diomongin yang enggak-enggak.

Keseharianku tambah bengek akibat mazalah itu~~~

Enggak sampe disitu, masalah yang satu belum berlalu, muncul masalah baru yang lebih astaghfirullah dari masalah di atas. Saya jadi ngerasa unwanted, unrespected. Kali itu bukan lagi kondisi fisik yang ambruk tapi juga mental. I guess, current life is more than just a roller-coaster.

Masalah yang bertubi-tubi bikin saya a bit depressed. Selalu linglung even saya bener-bener lupa sikat gigi saya yang warna apa, padahal cuma ada 3 sikat gigi di rumah and that was the first time in my life jadi orang yang pelupa sampe segitunya.

Jadi menutup diri dan mungkin bisa dibilang anti sosisal, berat dan ngerasa takut ketemu oranglain. Seseorang mungkin sadar akan perubahan saya lalu dengan entengnya memvonis saya menjauh dan membenci. Lyfe..

Ingin rasanya masalah-masalah itu saya beberkan disini karena buat saya writing is healing, selalu merasa didengarkan dan dipahami ketika apa yang sulit diungkapkan mampu tertuliskan. Tapi sosial media memiliki batasan, i cant be so honest.

Hmmm,
2018,
plenty to tell but most of 'em are unpleasant one.
Di penghujung 2018, saya seperti menemukan titik terang. Entah apa yang menggiring saya pada titik itu. The last 2 years, saya ndak ngerasa terobsesi sama hal apapun, hidup rasanya flat dan ngebosenin, enggak ada tertarik sama sekali sama hal baru which is itu sifat saya banget sebelumnya.

Saya ngerasa punya harapan baru sekarang, ngerasa sedikit membaik dari segi physically and mentally. Dan itu achievement banget buat saya yang sempet 'tidur' selama 24 bulan. Saya jadi sering self-talk buat nyoba mendalami dan memahami diri sendiri, karena toh yang mampu 'membangunkan' kembali diri saya ya diri saya sendiri. Bukan berarti saya enggak butuh oranglain lho ya..

Puncaknya ngerasa 'bangun' ketika saya punya resolusi buat tahun ini yang mana tahun-tahun kemarin boro-boro ada kepikiran buat bikin harapan, yang ada cuma perasaan putus asa, enggak bahagia dan ngerasa left-out. Jangan tanya abis berapa litre air mata saya, lost-count! •lebaynya keluar•

Selamat datang 2019,
tahun dimana saya kembali punya semangat dan cita-cita.
Semangat buat buka usaha kayak dulu.
Semangat buat ngelangkahin kaki ke tempat yang belum pernah saya injak sebelumnya.
Semangat buat lebih mencintai diri sendiri daripada menanggapi omongan orang yang bisa ngebunuh kesuksesan saya dalam self-accepting.
Semangat jadi ibu dan istri yang lebih baik tentunya.
Dan semangat-semangat lain yang enggak memungkinkan bisa terurai disini.

Ah,
2019 bisa dibilang lahirnya kembali saya.
Terimakasih 2018, walau saya sedikit membenci masamu tapi tanpamu saya tidak akan pernah tau perihal siapa yang sebenarnya salah tapi tidak mau mengalah.

6 Comments

  1. Selamat mb udah menemukan semangat kembali. Smg semua harapannya terkabul pada 2019

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin tsumma aamiin, terimakasih, semoga apa yang menjadi harapan mas-nya juga terkabul. 🙏

      Delete
  2. Selamat tahun baru 2019 kak. Semoga apa yang kakak harapkan di tahun 2019 bisa tercapai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat tahun baru juga untuk kakak. Aamiin, terimakasih, semoga segala kebahagiaan dan kebaikan selalu menyelimuti kakak. 🙏

      Delete
  3. semoga di tahun mendatang semua impiannya terwujud

    ReplyDelete