google-site-verification: google4086a67cad748863.html Esensi Dari Pernikahan | Nurelice | Parenting Blogger

Esensi Dari Pernikahan

Setelah saya menikah, 23 Oktober 2015 lalu, banyak teman yang mengungkapkan ingin segera menyusul. Biasanya, ungkapan itu saya dengar ketika mereka melihat apa yang saya atau suami saya post di jejaring sosial. Wajar memang, muncul perasaan ingin merasakan apa yang dirasakan oranglain yang (menurut kita) terasa sangat menyenangkan. Saya sempat bertanya alasan apa yang membuat mereka ingin segera menikah, jawaban mereka rata-rata sama; tidak sabar merasakan kebahagiaan dan kebersamaan bersama suami setiap detiknya. 

Menikah memang bukan sesuatu yang perlu ditunda jika semua syaratnya sudah terpenuhi, tapi bagi saya menikah juga bukan sesuatu yang perlu diburu-buru hanya karena ingin merasakan kebahagiaan yang kita lihat dalam kehidupan oranglain. (Karena sayangnya) menikah tidak sesederhana senang melihat kebahagiaan oranglain lalu dengan mudah menerapkannya dalam pernikahan kita, menikah tidak hanya akan merasakan kebahagiaan karena intensitas bertemu yang sering, tidak hanya tentang apa yang membuat kita dan suami bahagia lalu membagikannya di jejaring sosial disertai caption yang membuat perempuan lain iri. Tidak hanya itu. 

Sejujurnya, saya tidak memiliki kapabilitas untuk menjabarkan secara mendetail mengenai inti dari pernikahan meski saya sudah mengalaminya selama hampir satu tahun. Namun bagi saya, menikah adalah tentang bagaimana saling membahagiakan bukan bagaimana mendapat kebahagiaan. Bagaimana saling menyempatkan waktu walau sedang dalam keterbatasan, entah sekedar mengecup kening ketika akan pergi atau sekedar memberikan perhatian melalui pesan singkat ketika sedang meeting, karena yang perlu diketahui; tinggal satu atap bukan berarti akan terus saling tatap.

Tidak, saya tidak akan mengatakan bahwa menjalani pernikahan itu sulit. Saya hanya ingin mengatakan untuk tidak menikah hanya karena senang melihat kebahagiaan pernikahan oranglain lalu berharap semua itu dapat diterapkan pada pernikahanmu. Pasangan saya, pasangan kamu, pasangan kalian, memiliki perbedaan dalam menentukan komitmen. 

Teman saya sempat memberikan komentar "suami kamu romantis ya upload fotomu di Instagram terus captionnya sweet juga. Pacarku gak pernah upload fotoku, aku bajak juga akhirnya tetep dihapus sama dia. Pengen ih punya suami kayak gitu." Menurut saya, kalimat teman saya sudah sangat jelas untuk memaparkan bahwa apa yang oranglain lakukan tidak selamanya dapat juga untuk dilakukan oleh pasangan kita. Saya dan suami sepakat untuk sering memuji, memberi masukan dan mengekspos kebahagiaan. 

Bagi saya, inti pernikahan dari sisi romansa salah satunya adalah untuk menyempurnakan separuh kekosongan dalam lingkaran harapan yang hanya dapat diisi oleh dia yang memiliki paradigma dan keinginan yang sesuai dengan kita. Jika kamu memiliki harapan untuk selalu di ekspos, menikahlah dengan dia yang akan menyepakati keinginanmu. 

Sadar atau tidak, mengakui atau tidak, setuju atau tidak, kita memang membutuhkan seseorang yang pemikirannya sesuai dengan kita. :)

0 Comments