google-site-verification: google4086a67cad748863.html Memaraknya Hamil Pra Nikah | Nurelice | Parenting Blogger

Memaraknya Hamil Pra Nikah



Hamil diluar nikah.
Apa yang ada dibenak kalian saat mendengar kalimat itu mungkin akan sama dengan apa yang ada dibenak saya. Ya, mengerikan, menyedihkan, dan lain sebagainya. Di kampung saya, baru-baru ini sering sekali terjadi kasus yang sama. Ketika oranglain mencibir dan mengolok mereka yang 'celaka', saya malah sebaliknya; mendekatinya karena ingin sedikit mengorek apa sebabnya. 

Berinisial D, seorang gadis yang kebetulan teman dekat saya dari SD hingga kini. Tanpa saya tanya, tentu dia akan menceritakan segalanya karena memang dia pribadi yang terbuka. Saya memang bukan extrovert yang ketika berbicara secara langsung mampu mengeluarkan segala kata yang ada di kepala, saya cenderung diam, terkesan melamun dan hanya menjawab "iya" "terus?", tapi saya mampu merekam segala apa yang dia sampaikan. Perbincangan dari A hingga Z tidak ku dapati dia berkata "menyesal". Dia terlihat memiliki rasa kepuasan dibalik wajahnya yang lusuh. Padahal, selama berteman belasan tahun, saya melihat orangtuanya begitu memanjakan dan menyayanginya, terutama ayahnya.

Berinisial T, waktu kecil saya sempat dekat dengannya. Dia lugu, polos dan pemalu. Tak banyak orang mampu dengan waktu singkat akrab dengannya. Sampai ketika kita sama-sama menginjak bangku SMP, kita disibukan oleh tugas sekolah masing-masing hingga untuk saling menyapa pun segan. Lama tak bertemu dan bersapa, nama keluarganya banyak diperbincangkan masyarakat. Ayahnya yang kabur dan ibunya yang pergi meninggalkan beberapa anak disini, termasuk dia. Tahun demi tahun dia dan adiknya terbiasa hidup tanpa sosok orangtua. Hingga akhirnya dia bebas pergi dengan siapapun tanpa ada yang melarang.

Berinisial L, S, dan P, saya menyebut mereka sohib. Kami didekatkan karena problematika hidup yang sama, entah bagaimana awalnya kami bisa sedekat itu. Kami sering menghabiskan waktu bersama, untuk sekedar bercerita lalu saling menghibur dan meleburkan kesedihan. Kami adalah salah satu dari jutaan orang yang kala itu menganut paham "Single Woles", kami pikir memikirkan masalah di rumah yang setiap hari memenuhi pikiran kami pun sudah cukup runyam, apalagi untuk memikirkan masalah laki-laki. Tapi setelah kami dipisahkan almamater, kami tidak lagi memiliki waktu untuk sekedar bertanya "bagaimana dengan status lajangmu?". Bulan lalu, saya mendapat kabar kalau P telah memiliki putri karena MBA dan juga S & L yang sekarang bekerja sebagai tuna susila. Ya, tuna susila. Sakit? Kecewa? Ingin marah? Tentu. Tapi bukan saya kalau memakan tanpa mengupas.

Saya yakin, banyak yang tertarik untuk bercerita tentang masalah ini. Tapi bukan kecelakan dan kegalalan kalau tidak memberikan pelajaran dan pengetahuan. Lantas mengapa keluarga yang kita anggap harmonis dan begitu memanjakan anaknya, tapi anaknya mampu mencoreng penilaian 'harmonis' itu? Souljah bilang; tak selamanya yang berkilau itu indah. Ya, tidak selamanya apa yang kita lihat baik dan indah, dalamnya pun begitu. Ternyata, dibalik sayang yang orangtua D beri, terdapat banyak kelemahan yang mampu menghilangan kasih sayang mereka (orangtuanya). Ketika D keluar untuk sekedar membeli makanan, ditamparnya oleh ayahnya. Ketika D hanya memecahkan piring, ditamparnya oleh ayahnya. Ketika D hanya mendapat pesan singkat dari teman lelakinya, tanpa bertanya ayahnya berkata "dasar p*l*c*r". Hingga D menuruti nafsunya untuk membuat orangtuanya juga malu. Salah keduanya memang, namun setidaknya, berlaku baik terhadap anak adalah mulia dan memaafkan orangtua pun lebih mulia. Mari belajar untuk berbaik dan memaafkan.

Perempuan memang sangat membutuhkan sosok ibu sebagai teman, penasehat, tempat bercurah, dan lainnya. Anak adalah titipan yang semestinya kita jaga dan muliakan, jangan pernah tinggalkan anak perempuanmu! Bayi pun sebaiknya kita yang mengurus, apalagi anak perempuan remaja yang masih labil pemikirannya. Ibu menitipkan bayinya pada oranglain, lalu setelah ia besar ia dititipkan lagi pada oranglain yang untuk sekedar memperhatikan ia sudah makan atau belum pun, tidak pernah. Setelah ia hilang arah, tetap ia yang Ibu salahkan? Bu, senakal apapun anak, kalau pola asuh yang Ibu terapkan sejak kecil benar, ia akan berpihak pada pola-mu. Ibu meninggalkan dan menitipkan anak-anak Ibu untuk bekerja, apa Ibu berani menitipkan harta yang Ibu punya pada oranglain? 

Anak tidak hanya membutuhkan sosok ibu, tapi juga membutuhkan segalanya dari ibu. Jika hanya sosok, lalu tak berbuah apa-apa, sama halnya dengan membiarkan anak. Kami, ya, kami memiliki masalah Broken Home yang hampir sama; karena ayah. Tapi mungkin, S, L dan P kurang mendapat kasih sayang Ibu. Saya pun sering labil, saya sering mengekspos kemarahan dan kekecewaan saya terhadap ayah di sosial media, dulu. Sampai saya sadar karena nasehat ibu yang setiap hari saya dengar. Saya pun sering ingin... Ah, sudahlah. Yang jelas, ibu saya tidak pernah lelah mengingatkan "Allah, Jemaat, Mama." Ketika saya hilang arah, saya selalu ingat kalimat itu. Jadi ketika saya selangkah berbelok ke kiri, saya selalu menjauh dan mundur beberapa langkah lebih jauh ketika mengingat kalimat Ibu.

Seberapa buruk keadaan keluargamu, seberapa buruk masalahmu, jika memiliki Ibu yang luar biasa. Keburukan itu akan berganti kesadaran akan indahnya hidup. 
Dear orangtua, jadilah yang terbaik untuk anakmu agar anakmu pun menjadi yang terbaik untukmu. Meski tidak selamanya, tapi anak gagal biasanya karena orangtua yang gagal.

Salam dari calon mahasiswa prodi Kesejahteraan Keluarga yang..... gagal. :)

1 Comments

  1. Serem ya Mba huhu semoga saya bisa jadi ortu yang baik aamiin

    ReplyDelete